Group A
Polandia vs Yunani
08 Juni 2012 23.00
Rusia vs Rep. Ceko
09 Juni 2012 01.45
Yunani vs Rep. Ceko
12 Juni 2012 23.00
Polandia vs Rusia
13 Juni 2012 01.45
Yunani vs Rusia
16 Juni 2012 01.45
Rep.
Ceko vs Polandia
17 Juni 2012 01.45
Group B
Belanda vs Denmark
09 Juni 2012 23.00
Jerman vs Portugal
10 Juni 2012 01.45
Denmark vs Portugal
13 Juni 2012 23.00
Belanda vs Jerman
14 Juni 2012 01.45
Portugal vs Belanda
17 Juni 2012 01.45
Denmark vs Jerman
18 Juni 2012 01.45
Group C
Spanyol vs Italia
10 Juni 2012 23.00
Irlandia vs Kroasia
11 Juni 2012 01.45
Italia vs Kroasia
14 Juni 2012 23.00
Spayol vs Irlandia
15 Juni 2012 01.45
Kroasia vs Spanyol
18 Juni 2012 01.45
Italia vs Irlandia
19 Juni 2012 01.45
Group D
Perancis vs Inggris
11 Juni 2012 23.00
Ukraina vs Swedia
12 Juni 2012 01.45
Swedia vs Inggris
15 Juni 2012 23.00
Ukraina vs Perancis
16 Juni 2012 01.45
Inggris vs Ukraina
20 Juni 2012 01.45
History
Rabu, 06 Juni 2012
Selasa, 05 Juni 2012
Pesawat Siluman
F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.
- Tipe Pesawat Timpul Siluman
- Produsen Lockheed Martin Aeronautics Boeing Integrated Defense Systems
- Terbang perdana 19 November 1990
- Diperkenalkan 15 Desember 2005
- Status Aktiv
- Pengguna Amerika Serikat
- Harga satuan US$120 juta (2006)[1]
- Varian X-44 MANTA FB-22
Sejarah
Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet.
Pada tahun 1981,
Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus
dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan
F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.
![]() |
YF-22, pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22 |
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21,
karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan
harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan
dengan biaya pengembangan.[1] Pada April 2005,
total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan
jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu
381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[2] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.
YF-22 'Lightning II'
YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk
pembuatan F-22 versi produksi. Namun, ada beberapa perbedaan signifikan
antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit, perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya.[3]
Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut
pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan
julukan Lighting II oleh Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan SuperStar and Rapier.[4] Namun F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lighting II pada 7 Juli 2006.[5]
YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan kompetisi terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada April 2002, pada saat pengetesan, prototip pertama YF-22 jatuh ketika mendarat di Pangkalan Udara Edwards di California. Sang tes pilot, Tom Morgenfeld, tidak terluka. Penyebab jatuh ini adalah kesalahan pada perangkat lunak.[6]
Produksi
![]() |
Proses produksi F-22. |
F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004.
Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi
dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama
kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat setelah eject
beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan
bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas
menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.[7]
Pergantian nama
Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co., Marietta, Georgia.
Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat mengubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat,
dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang
pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini
kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.[8]
Pembelian
Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft Review mengubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2003 or 2004. Laporan Kementrian Pertahan pada tahun 1997 mengubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun 2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15 miliar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah mendapat persetujuan de facto dari Kongres dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk pemesanan barang-barang long-lead.
Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 miliar akan dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian pesawat.[9]
F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu sepertinya berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 miliar per unit; walaupun kenaikan biaya di bawah 1 miliar US Dollar. Untuk lebih adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.
Karakteristik
Mesin Pratt & Whitney F119 F-22. |
Pergerakan
Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).
F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrem seperti Manuver Herbst, Kobra Pugachev,[10] dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°.[10][11] Ketinggian terbang juga memengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.[12]Avionik
Radar APG-77-1A yang dipakai oleh F-22 |
F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat lawan mengalami gangguan.
Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar.[13] Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.[12]
F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint.[12] Kemampuan "mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.[10][12]
Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394),[14] yang diciptakan oleh Apple dan sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.[14]
Persenjataan
F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara
yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak
mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh
membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidraulik. Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb
(SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga
dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila
ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan
kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan
20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480
butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus
selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan
meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan
ketika rudal sudah habis.[10]
Kemampuan siluman
Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detail lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi.[15] F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk.[16] Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa.[16] Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.[16]
Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar,[15] ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.
Spesifikasi (F-22 Raptor)
Data dari USAF,[17] situs Tim F-22 Raptor,[18] dan Aviation Week & Space Technology[12
Karakteristik umum
- Kru: 1
- Panjang: 62 kaki 1 in
- Lebar sayap: 44 kaki 6 in
- Tinggi: 16 kaki 8 in
- Luas sayap: 840 kaki²
- Airfoil: NACA 64A?05,92 akar, NACA 64A?04,29 ujung
- Bobot kosong: 31.670 lb
- Bobot terisi: 55.352 lb
- Bobot maksimum lepas landas: 80.000 lb
- Mesin: 2× Pratt & Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorong pitch, 35.000 lb masing-masing
Kinerja
- Laju maksimum: ≈Mach 2,42 (2.575 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi[19]
- Laju jelajah: Mach 1,72[18] (1.825 km/h) pada altituda/ketinggian tinggi
- Jarak jangkau ferri: 2.000 mi
- Batas tertinggi servis: 65.000 kaki
- Laju panjat: rahasia
- Beban sayap: 66 lb/kaki²
- Dorongan/berat: 1,26
- Maximum g-load: −3/+9 g
Persenjataan
- Meriam: 1× 20 mm (0,787 in) M61A2 Vulcan gatling gun di pangkal sayap kiri, 480 butir peluru
- Udara ke udara:
- Udara ke darat:
- 2× AIM-120 AMRAAM dan
- 2× AIM-9 Sidewinderdan salah satu:
- 2× 1.000 lb JDAM atau
- 2× Wind Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau
- 8× 250 lb GBU-39 Small Diameter Bomb
Avionik
Referensi
- ^ a b "FY 2007 Budget Estimates." Angkatan Udara Amerika Serikat. Februari 2006.
- ^ "Air Force Campaigns to Save Jet Fighter." Wayne, L. The New York Times. 13 Januari 2005.
- ^ "YF-22/F-22A comparison diagram". GlobalSecurity.org.
- ^ Military Aircraft Names
- ^ "Lockheed Martin Joint Strike Fighter Officially Named 'Lightning II.'" Rilis pers pengelola resmi program Joint Strike Fighter. 7 Juli 2006.
- ^ F-22 Timeline
- ^ "F-22 Raptor Flight Test." Pike, J. GlobalSecurity.org.
- ^ "U.S. To Declare F-22 Fighter Operational." Agence France-Presse. 15 Desember 2005.
- ^ "F-22 excels at establishing air dominance." Lopez, C. T. Air Force Print News. 23 June 2006.
- ^ a b c d "Turn and Burn." Fulghum, D. A.; Fabey, M. J. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007.
- ^ "F-22 Initial High Angle-of-Attack Flight Results." Peron, L. R. Air Force Flight Test Center. (Abstract)
- ^ a b c d e f "F-22: Unseen and Lethal." Fulghum, D. A.; Fabey, M. J. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007. Note: Titled "Raptor Scores in Alaskan Exercise" in online edition.
- ^ "F-22 Avionics." Pike, J. GlobalSecurity.org.
- ^ a b "The Electric Jet." Philips, E. H. Aviation Week & Space Technology. 5 Februari 2007.
- ^ a b "F-22 stealth". globalsecurity.org. Diakses pada 21 Februari 2007.
- ^ a b c "Away Game." Fulghum, D. A. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007.
- ^ "Factsheets: F-22A Raptor". Air Force Link. United States Air Force. 3 Juni 2005. Diakses pada 18 April 2006.
- ^ a b "Flight Test Data". F-22 Raptor Team Website. 3 Juni 2006. Diakses pada 18 April 2006.
- ^ Angka Mach 2,42 disebutkan oleh pilot Paul Metz. Angkatan Udara AS hanya menyebut "kelas Mach 2"—yang berarti suatu jumlah yang melebihi Mach 2.
Daftar pustaka
- Crosby, Francis. Fighter Aircraft. London: Lorenz Books, 2002. ISBN 0-7548-0990-0.
- Miller, Jay. Lockheed Martin's Skunk Works: The Official History... (updated edition). Leicester, UK: Midland Publishing Ltd., 1995. ISBN 1-85780-037-0.
- Pace, Steve. F-22 Raptor. New York: McGraw-Hill, 1999. ISBN 0-07-134271-0.
- Pace, Steve. X-Fighters: USAF Experimental and Prototype Fighters, XP-59 to YF-23. Oscela, Wisconsin: Motorbooks International, 1991. ISBN 0-87938-540-5.
- Sweetman, Bill. "Fighter EW: The Next Generation." Journal of Electronic Defense, Volume 23, issue 7, July 2000.
- Williams, Mel, ed. Superfighters: The Next Generation of Combat Aircraft. London: AIRtime Publishing Inc., 2002. ISBN 1-880588-53-6.
Pengembangan yang berhubungan
Pesawat sebanding
Urutan penamaan
Lain-lain
Pranala luar
- Situs resmi proyek
- F-22 Raptor di situs fighter-planes.com
- F-22 Raptor Laporan Kongres Amerika Serikat, 5 Januari 2005
- Sejarah program F-22
- Wawancara dengan tes pilot F-22, Paul Metz, 1998
Senin, 04 Juni 2012
Kapal Induk Indonesia
SEJARAH KAPAL INDUK
Kapal induk (bahasa Inggris: carrier vessel, CV) adalah sebutan untuk
kapal perang yang memuat pesawat tempur dalam jumlah besar. Tugasnya
adalah memindahkan kekuatan udara kedalam armada angkatan laut sebagai
pendukung operasi operasi angkatan laut. Selain itu juga digunakan
sebagai pusat komando operasi dan sebagai kekuatan detterence atau
memberikan efek gentar pada lawan karena kekuatan udara yang dibawanya
dalam satu kapal sama dengan jumlah kekuatan armada angkatan udara
kebanyakan negara-negara di dunia.
Pesawat-pesawat Jepang diatas kapal induk Shokaku bersiap-siap menyerang
Pearl Harbor.Kapal induk pertama kali digunakan oleh Angkatan Laut
Inggris, namun sampai menjelang perang dunia kedua negara-negara barat
termasuk Amerika Serikat masih enggan menggunakannya sebagai kekuatan
Angkatan laut utama. Konsep konvensional armada angkatan laut saat itu
didominasi oleh Kapal jelajah berat, Kapal jelajah, Kapal perusak
(destroyer) dengan ukuran meriam yang cukup besar hal ini memang
disebabkan bahwa kapal induk dipandang cukup rentan dan riskan bila
digunakan dalam operasi maritim.
Adalah Angkatan Laut Jepang (Kaigun)yang menggunakan kapal Induk secara
efektif pada awal perang dunia II. Akibat perjanjian maritim antara
Inggris Amerika dan Jepang serta Perancis danJerman disepakati rasio
tonase 5:5:3:1,5:1,5 untuk USA, Inggris, Jepang, Perancis dan Jerman
membuat jepang mengakalinya dengan membuat kapal induk ukuran sedang
tetapi dilengkapi kekuatan udara yang mematikan sekalipun menuai
kemarahan dari pihak militer sendiri. Bukti dari rekayasa Jepang adalah
serangan atas Pearl Harbour 9 Desember 1941 yang menyadarkan Barat akan
fungsi kapal induk yang dapat melakukan serangan mematikan atas
instalasi sasaran lawan. Jepang memang memiliki 20 lebih kapal induk
saat itu diantaranya adalah : Akag(merupakan kapal induk terbesar),
Zuiho, Zuikaku, Soryu, Hiryu, Chiyoda. Namun dalam perjalanannya selama
perang Pasifik, Jepang kehabisan seluruh armadanya. Terlebih-lebih dalam
pertempuran di Midway dan Leyte yang merupakan pertempuran laut antar
kapal induk.
Negara-negara pengguna kapal induk
Amerika SerikatRusia
Perancis
Inggris
China
India
Italia
Spanyol
Brasil
Thailand
Negara-negara yang pernah menggunakan kapal induk
JepangAustralia
Belanda
Argentina
Jenis-jenis kapal induk:
Dari segi propulsi
Dari segi bahan bakar terdapat dua jenis kapal induk yakni:
Dari segi bahan bakar terdapat dua jenis kapal induk yakni:
![]() |
Uss Ronald Reagan |
1. Kapal Induk Nuklir
Kapal Induk ini menggunakan mesin bertenaga nuklir yang diperoleh dari reaktor nuklir yang berada pada kapal tersebut yang dihubungkan dengan turbin uap. Tenaga uap yang dihasilkan kapal Induk tersebut selain sebagai penggerak kapal juga digunakan sebagai sumber tenaga listrik serta tenaga uapnya digunakan sebagai pengatur tekanan pada catapult kapal induk untuk meluncurkan pesawat. Untuk Armada Amerika serikat kapal ini diberi kode CVN contoh kapal induk nuklir adalah USS Ronald Reagan, USS Kitty Hawk, USS Enterprise.
![]() |
Giuseppe Garibaldi |
2. Kapal Induk Konvensional
Kapal induk ini menggunakan mesin bertenaga diesel contohnya adalah 25
de Mayo (Argentina), Giuseppe Garibaldi (Italia), RTN Chakkri Narruebet
(Thailand). Untuk Armada Amerika Serikat biasanya digunakan kode CV dan
pada saat ini jarang digunakan.
Teknis Peluncuran Pesawat:
1. Kapal Induk Konvensional (CTOL/Conventional Take Off Landing)
Kapal induk jenis ini biasanya berukuran besar karena geladaknya
digunakan sebagai tempat pendaratan dan peluncuran pesawat secara
convensional (biasa). Dilengkapi dengan catapult untuk meluncurkan
pesawat dan kabel arrester (penahan) untuk membantu pendaratan pesawat,
karena panjang geladak kapal induk lebih pendek daripada panjang
landasan di pangkalan. Selain tempat parkir pesawat selain ruangan yang
berarda pada lambung kapal. Kapal Kapal Induk yang digunakan US Navy
rata rata adalah kapal induk jenis ini. Contoh : USS Ronald Reagan, USS
John F Kennedy. Kiev(Rusia), 25 de Mayo (Argentina), Foch dan Charles de
Gaulle (Perancis)
2. Kapal Induk STOVL (Short Take Off Vertikal Landing).
Kapal induk ini biasanya berukuran sedang/ringan, memiliki Sky Jump yang
digunakan untuk meluncurkan pesawat dan pendaratan pesawat dilakukan
secara vertikal. Oleh karena itu pesawat pesawat yang digunakan adalah
pesawat pesawat tempur jenis khusus semacam AV-8 Harrier (USA) , Harrier
II Plus (Inggris), Yak 38 Forger, Yak 141 Freehand (Rusia) ataupun
Helikopter. Pada pesawat tempur Rusia biasanya dilengkapi laser untuk
memudahkan pendaratan. Jenis ini karena memerlukan biaya perawatan dan
operasional yanglebih rendah daripada kapal induk jenis CTOL.
Contoh dari Kapal Induk Jenis ini adalah: HMS Invincible, HMS Ark Royal
(Inggris), Giuseppe Garibaldi (Italia), Prince de Asturias (Spanyol),
Viraat, Vikrant (India), Novorossysk (Rusia), Chakri Narruebet
(Thailand), USS Tarrawa (USMC.)
Dari segi Fungsional
1. Kapal Induk Armada
2. Kapal Induk Escort
1. Kapal Induk Armada
2. Kapal Induk Escort
Tampomas Kapal Perairan PT. PLNI
TAMPOMAS
Api menjalar dari sebuah kapal
Jerit ketakutan keras melebihi
Gemuruh gelombang yang datang
Sejuta lumba-lumba mengawasi cemas
Risau camar membawa kabar
Tampomas terbakar
Risau camar memberi saran Tampomas Dua tenggelam
Syair di atas merupakan penggalan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Celoteh Camar Tolol dan Cemar dari album Sumbang menggambarkan tragedi tenggelamnya kapal motor penumpang KMP Tampomas II milik PT. PELNI yang cukup tragis di sekitar kepulauan Masalembo (114°25′60″BT — 5°30′0″LS) Laut Jawa (termasuk ke dalam wilayah administratif provinsi Jawa Timur). KM Tampomas II terbakar di laut dan karam pada tanggal 27 Januari 1981, merenggut ratusan nyawa penumpangnya.
![]() |
Kapal Tampomas Terbakar sebelum Tenggelam |
KM Tampomas II milik Pelni ini baru
melakukan pelayaran perdananya pada bulan Mei 1980. Tapi bukan berarti
ini kapal baru. KM Tampomas II dengan bobot mati 2420 ton dan mampu
mengangkut penumpang 1250 sampai 1500 orang ini adalah kapal bekas yang
dibeli oleh PT. PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional, BUMN) dari
Komodo Marine Jepang. Dan PT. Pelni membeli secara mengangsur selama
sepuluh tahun kepada PT. PANN. Kapal ini sebelumnya bernama MV. Great
Emerald dibuat di Jepang tahun 1956 dan dimodifikasi tahun 1971. Dibeli
dengan harga 8.3 juta dollar AS, yang menurut beberapa pihak terlalu
mahal untuk sebuah kapal bekas yang sudah berusia sepuluh tahun. Begitu
dioperasikan, kapal penumpang ini langsung digeber abis untuk melayani
jalur Jakarta-Padang dan Jakarta-Ujung Pandang yang memang padat. Setiap
selesai pelayaran, kabarnya kapal ini hanya diberi waktu istirahat 4
jam saja dan harus siap untuk pelayaran berikutnya. Perbaikan dan
perawatan rutin terhadap mesin dan perlengkapan kapal pun cuma bisa
dilaksanakan sekedarnya, padahal mengingat usianya kapal ini butuh
perawatan yang jauh lebih cermat.
Tampomas II berlayar dari pelabuhan
Tanjung Priok Jakarta hari Sabtu. 24 Januari 2008 pukul 19.00 menuju
Sulawesi dengan membawa 191 kendaraan roda empat, sekitar 200-an sepeda
motor dan 1054 penumpang terdaftar serta 82 kru kapal. Perkiraan
mengatakan total manusia di kapal tersebut adalah 1442 orang (perkiraan tambahan penumpang gelap).
Bahkan koki kapal yang selamat mengaku diperintahkan atasannya agar
memasak untuk 2000 orang. Dalam kondisi badai laut di malam hari tanggal
25 Januari, beberapa bagian mesin mengalami kebocoran bahan bakar,
diduga percikan api timbul dari puntung rokok yang melalui kipas
ventilasi yang menjadi penyebab kebakaran. Para kru melihat dan gagal
memadamkannya dengan tabung pemadam kebakaran portable. Api menjalar ke
dek lain yang berisi muatan yang mudah terbakar, asap menjalar melalui
jalur ventilasi dan tidak berhasil ditutup. Api semakin menjalar ke
kompartemen mesin karena pintu dek terbuka. Selama dua jam tenaga utama
mati, generator darurat pun gagal dan usaha memadamkan api seterusnya
sudah tidak mungkin.
Tigapuluh menit setelah api muncul para
penumpang diperintahkan untuk segera menaiki sekoci, hal ini pun sangat
lambat sebab hanya satu jalan bagi penumpang untuk diturunkan ke sekoci.
Sebagian penumpang terjun bebas ke laut menghindari kobaran api,
sebagian lagi menunggu di dek dan panik menunggu pertolongan
selanjutnya. Syahbandar pelabuhan Ujung Pandang mendapat berita dari KM
Wayabula meneruskan informasi dari KM Sangihe yang tengah melakukan
evakuasi bahwa Tampomas II terbakar di kepulauan Masalembo sekitar 220
mil dari Ujung Pandang. Ombak besar setinggi 7 – 10 meter dan angin
kencang 10 – 15 knot menyulitkan penyelamatan sehingga KM Sangihe hanya
dapat memindahkan 149 penumpang Tampomas II ke kapalnya. Saat kapal
sudah mulai miring, Capt. Abdul Rivai (Nahkoda Kapal) masih tampak sibuk
membagikan pelampung ke para penumpang yang tidak berani terjun ke
laut. Bahkan di detik2 terakhir saat kapal mulai tenggelam, Capt. Abdul
Rivai masih terlihat berada di anjungan kapal sambil berpegangan pada
kusen jendela.
![]() |
Kapal Tampomas saat Miring Terbakar sampai Tenggelam |
Di tanggal 26 Januari Laut Jawa mengalami
hujan deras, api menjalar ke ruang mesin di mana terdapat ruang bahan
bakar yang tidak terisolasi. Pagi hari 27 Januari terjadi ledakan dan
membuat air laut masuk ke ruang mesin (ruang propeler dan ruang
generator terisi air laut), yang membuat kapal menjadi miring 45° dan
tenggelam 30 jam sejak percikan api pertama menjalar.
Kapal-kapal lain yang berada di sekitar
lokasi, KM Sangihe, KM Adiguna Kurnia, KM Istana VI, KM Ilmamui, KM
Niaga XXIX, dan beberapa kapal lain berusaha semampunya untuk
menyelamatkan penumpang Tampomas II yang terapung-apung di laut setelah
melompat dari kapal.
Sampai tanggal 29 Januari tim SaR
gagal melakukan pencarian karena besarnya badai laut, dan 5 hari
kemudian 80 orang yang selamat dalam sekoci ditemukan 150Km dari lokasi
kejadian karamnya Tampomas. Estimasi tim menyebutkan 431 tewas (143
ditemukan mayatnya dan 288 hilang/karam bersama kapal) dan 753 berhasil
diselamatkan. Sumber lain (pemerintah?) menyebutkan 666 tewas.
Berbagai cerita tragis dari penumpang
yang selamat pun dituturkan. Ada seorang ibu yang terjun ke laut dengan
anaknya yang masih bayi. Ketika tahu bayinya tak bernyawa lagi, ia pun
tidak berusaha mengapung lagi membiarkan dirinya tenggelam. Tapi ketika
ingat anaknya yang lebih besar masih hidup, ia tersadar dan berusaha
tetap hidup. Lantai geladak luar kapal yang hanya terbuat dari plat baja
tanpa pelapis kayu juga banyak memakan korban. Banyak penumpang panik
yang tidak memakai alas kaki menjadi korban plat panas yang sedang
terbakar itu. Proses penyelamatan yang lambat dan berlangsung selama 37
jam hingga kapal tenggelam membuat penumpang yang bertahan di geladak
kapal harus bertahan tanpa makanan dan minuman. Dropping makanan dari
udara tidak semuanya tepat pada lokasi penumpang.
Penumpang yang sempat menaiki sekoci
penyelamat ternyata juga harus menjalani penderitaan. Selama 5 hari
mereka terapung-apung di lautan di atas sekoci bersama sekitar 80-100
orang lainnya tanpa makanan. Sekoci yang kelebihan muatan itu bahkan
sempat terbalik. Ketika berhasil dikembalikan ke posisi semula hanya
tersisa 70 orang. Pada hari kelima barulah mereka menemukan daratan
yaitu pulau Doang-doangan Sulawesi Selatan. Sesampai di darat 2 orang
menghembuskan nafas terakhir.
Tak ada pejabat yang bertanggung jawab, semuanya berujung dengan kesalahan awak kapal. Hasil penyidikan Kejaksaan Agung yang menugaskan Bob Rusli Efendi Nasution
sebagai Kepala Tim Perkara pun tidak ada tuntutan kepada pejabat yang
saat itu memerintah. Skandal ini kemudian ditutup-tutupi oleh
pemerintahan Suharto, kendati banyak tuntutan pengusutan dari sebagian
anggota parlemen. Dalam suatu acara dengar pendapat yang diadakan oleh
DPR-RI tentang kasus ini, Menteri Perhubungan menolak permintaan para
wakil rakyat untuk menunjukkan laporan Bank Dunia yang merinci pembelian
kapal bekas seharga US$8.5juta itu. Makelar kapal Tampomas II — Gregorius Hendra yang mengatur kontrak pembelian antara Jepang dan pemerintah Indonesia itu juga lepas dari tuntutan Kejaksaan Agung.
Semoga saja kejadian seperti ini tidak
terjadi lagi dan seluruh rakyat Indonesia dapat berpergian tanpa
kekhawatiran timbulnya musibah yang dapat merenggut nyawa mereka-mereka
yang tidak tahu apa-apa.
Langganan:
Komentar (Atom)